KELAS : 2EA27
NPM : 10213784
Beras adalah makanan pokok warga Asia,
khususnya Indonesia. Hampir di seluruh pelosok wilayah daerah masyarakat
Indonesia mengkonsumsi nasi. Namun sungguh disayangkan, beberapa waktu terakhir
ini ternyata beras sudah tidak lagi murni. Ada oknum – oknum yang hanya ingin
mencari keuntungan sementara tega mencampur beras dengan bahan dasar plastik.
Alhasil, tanpa disadari sebagian masyarakat telah mengkonsumsi beras plastik
tersebut.
Berikut ini adalah bahaya dari
mengkonsumsi beras plastik :
- Mengakibatkan Anoreksia atau
kehilangan selera makan.
- Mengakibatkan mual dan pusing.
- Lambung menjadi sakit seperti
orang yang terkena maag.
- Mengakibatkan kanker lambung.
- Mengakibatkan kematian.
Untuk menanggulangi hal tersebut,
masyarakat diharapkan dapat dengan tepat membedakan mana beras asli dan mana
beras plastik. Berikut adalah perbedaan dari beras plastik dan beras
asli :
- Beras platik berwarna putih dan
sangat bersih. Sedang beras asli berwarna putih namun keruh.
- Beras plastik akan terasa licin
jika dipegang. Sedangkan beras asli terasa kasar.
- Beras plastik ketika dimasak
akan menggumpal dan menyatu. Sedangkan beras asli menempel namun tidak
menyatu.
Wakil Ketua Komisi IV, Herman Khaeron meminta pemerintah segera
melakukan investigasi terkait beredarnya kabar beras palsu berbahan plastic di
Indonesia.
Menurut Herman, beras palsu berbahan plastik ini bisa
membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
“BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan aparat hukum harus
segera melakukan investigasi. Ini untuk menjaga kualitas pangan bagi
masyarakat,” kata Herman di gedung DPR RI, Jakarta, hari ini.
Diutarakannya, Komisi IV akan menindaklanjuti laporan ini dengan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman. “Kami ada agenda pertemuan dengan Menteri
Pertanian. Kami akan tanyakan berkaitan dengan hal ini,” katanya.
Herman juga mendesak pemerintah mencari tahu asal muasal beras
palsu tersebut. Menurutnya, bila beras palsu itu adalah produk impor berarti
ada masalah dalam proses karantina di Indonesia.
“Karena semua produk impor maupun ekspor harus melalui
karantina. Di karantina ini semua produk pangan yang masuk harus jelas
datanya. Mulai dari asal, komposisi, hingga tanggal kedaluwarsa,” ujar Herman.
Politikus Partai Demokrat ini menjelaskan secara regulasi semua
produk pangan diatur dalam Undang Undang nomor 18 tahun 2012. Pelanggaran atas
undang-undang tersebut akan mendapat hukuman kurungan dua tahun dan denda
sampai Rp4 miliar.
Betapapun, heboh tentang
beras plastik itu telah menimbulkan keresahan luas. Betapa tidak? Beras adalah
makanan pokok masyarakat Indonesia, kebutuhan setiap rumah tangga setiap hari.
Sejumlah pejabat yang
geram mengancam akan mengambil tindakan keras terhadap mereka yang menyebarkan
kabar burung tentang beras plastik.
Menteri Koordinator
Politik, Hukum dan Keamanan Tejo Edhy Purdijatno menggolongkan penyebaran isu
itu sebagai perbuatan makar. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut pelaku
penyebaran isu itu bisa dipidanakan.
Di sisi
lain, untuk menenangkan pembeli, sejumlah pedagang dan pengelola pasar sampai
harus membuat dan memasang spanduk khusus untuk menegaskan beras
yang mereka jual tidak mengandung unsur plastik.
Dari awal, desas-desus
ini memang mengundang banyak pertanyaan.
Sejauh ini kabar
ditemukannya "beras plastik" hanya terjadi di sebuah tempat di
Bekasi, dan tidak meluas ke berbagai daerah lain.
Hasanudin Abdurakhman,
seorang doktor fisika yang memimpin sebuah perusahaan Jepang yang memproduksi
bahan plastik menganggap beras plastik tidak masuk di akal dari segi produksi
dan dari segi ekonomi," tambahnya.
"Karena harga bahan
dasar plastik -bahkan yang daur ulang- akan lebih mahal dari beras, dan
teknologi untuk memproduksinya juga tidak bisa yang terlalu sederhana.
Lebih-lebih plastik tak bisa dicerna dan gampang dikenali rasanya yang asing
oleh lidah," katanya
Benarkah beras plastik sengaja dibuat agar produsen dan pedagang
beras bisa mendapatkan keuntungan besar dibandingkan dengan keuntungan yang
dapat diraih dengan menjual beras asli?
Tinjauan dari Sisi
Teknologi
Secara teknologi, membuat beras plastik itu bisa saja dilakukan
dan bukan karena sejak dulu buah-buahan plastik sering menjadi hiasan di meja
makan. Membuat butiran-butiran seperti beras bisa saja dilakukan, meskipun akan
jauh membuat dalam bentuk butiran seperti gula atau kepingan seperti chips dari
pada membuat lonjong tajam seperti beras asli. Membuat butiran lonjong tajam
itu malah mungkin harus lewat proses moulding dan tentu akan repot melakukan
moulding butir per butir beras meski hanya akan menghasilkan satu karung beras
karena dalam satu karung beras akan ada jutaan butir beras.
Jika beras palsu itu berisi kentang dan kemudian dilapisi
plastik maka akan jadi pertanyaan besar karena kentang akan hangus terbakar
pada saat di-coat dengan cairan plastik panas
yang suhu titik didihnya melebihi suhu titik bakar kentang.
Tinjauan dari Sisi Biaya
Produksi
Beras plastik kemungkinan harganya akan jauh lebih mahal dari
beras kualitas termahal sekalipun mengingat harga bijih plastik/polimer dan
kentang ditambah dengan biaya prosesnya akan jauh lebih mahal dari harga beras.
Tinjauan dari Sudut
Pandang Bisnis
Orang yang berniat mendapatkan keuntungan dengan memproduksi
beras plastik tahu pasti bahwa beras tiruan akan langsung diketahui pada saat
memasak karena plastik tidak menyerap air dan sifat fisik nasi dan plastik
sangat jauh berbeda. Tidak akan mungkin ada orang yang berani membeli mesin
untuk menghasilkan beras plastik karena dia pasti tahu bahwa dalam waktu 1-2
hari pasti akan ada orang yang menemukan dan melaporkannya kepada pihak
berwajib dan akibatnya dia tak akan mungkin memproduksi beras plastik lagi.
Cara pengujian beras asli dan plastik sudah banyak dimuat di
berbagai media massa dan sosial.
Pedagang baik grosir atau eceran yang akan mencoba menjual beras
plastik sadar bahwa dia bahkan bisa ditahan polisi dengan tuduhan meracuni
masyarakat secara sengaja dan bahkan bisa dituduh dengan pasal pembunuhan
massal berencana.
Pelaku bisnis yang curang hanya akan berani menggunakan zat yang
tidak mempunyai efek langsung dan segera, seperti menggunakan pewarna tekstil
pada makanan, menggunakan zat pengawet formalin yang semuanya tidak akan
berakibat langsung dan segera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar